BIOFOULING PADA BEBERAPA JENIS SUBSTRAT PERMUKAAN KASAR DAN HALUS

Bintang Marhaeni

Abstract


Biofouling dapat terjadi pada setiap permukaan yang terendam dalam perairan. Biofouling yang terjadi pada media yang tidak dikehendaki dapat menjadi masalah besar yang harus ditangani. Mengetahui proses biofouling dan penyebab terjadinya biofouling dapat dijadikan dasar dalam penanganannya. Penelitian biofouling pada jenis dan tipe substrat yang berbeda dapat dijadikan dasar pemilihan substrat agar meminimalisir terjadinya biofouling yang tidak diinginkan. Penelitian biofouling pada substrat fiber, kayu dicat warna terang (putih) dan cat warna gelap (coklat) serta kayu tidak dicat dengan masing-masing permukaan halus dan kasar telah dilakukan dengan menggunakan panel-panel yang diletakkan pada perairan laut. Jenis substrat fiber merupakan jenis substrat yang paling sedikit ditempeli organisme fouling. Pada uji makrofouling substrat kayu yang dicat warna terang merupakan jenis substrat yang paling sedikit ditempeli organisme fouling dibandingkan substrat kayu yang lainnya. Permukaan substrat yang halus pada semua panel percobaan merupakan permukaan yang lebih sedikit ditempeli organisme fouling. Jenis substrat dengan permukaan halus dan dari bahan yang lebih padat merupakan jenis substrat yang ditempeli organisme fouling paling sedikit.
Kata-kata kunci: biofouling, fiber, kayu, cat gelap, cat terang.

References


Abarzua.S and S. Jakubowski. 1995. Biotechnological investigation for the prevention of biofouling.I. Biological and biochemical principles for the prevention of biofouling. Mar Ecol Prog Ser. Vol.123: 301-312.

Armstrong. E, Kenneth G, Boyd and J. Grant Burgess. 2000. Prevention of marine biofouling using natural compounds from marine organisms. Biotechnology Annual Review. Volume 6. Elsevier Science.

Burgess, J.G., K.G.Boyda, E. Armstronga, Z. Jianga, L. Yana, M. Berggrenb, U. Mayb, T. Pisacanec, A.K. Granmob and D.R. Adamsd. 2003. The development of a marine natural product-based antifouling paint. Biofouling. 19: 197-205.

Boesono. H, 2008. Pengaruh lama perendaman terhadap organism penempel dan modulus elastisitas pada kayu. Ilmu Kelautan. Vol. 13 (3): 177–180.

Callow, M.E and J.A. Callow. 2002. Marine biofouling: A sticky problem. Biologist. 49: 1-4.

Characklis, W.G. and A.R. Escher. 1988. Microbial Fouling: Initial Event. In Marine Biodeterioration. A.A. Balkema. Rotterdam.

Chambers. 2006. Modern approaches to marine antifouling coating. Surface and Coatings Technology 201 (2006) 3642-3652. Elsevier.

Costerton, J.W. 1999. Antifouling. Center for Biofilm Engeneering. Montana State University. Bozeman.MT.

Donlan, R.M. 2002. Biofilm: Microbial Life on Surface.Emerging Infectious Diseases. Vol.8. No.9. September 2002.

Egan. S. 2001. Production and regulation of fouling inhibitory compouns by the marine bacterium. School of Microbiology and Immunology. Faculty of Life Science. The University of New South Wales. Sydney. Australia.

Fleming.H.C. 2009. Why microorganisms live in biofilm and the problem of biofouling. Marine and Industrial Biofouling. Springer Berlin Heidelberg.

Hamadouche.N. 2003. Marine bacteria interaction causing biofouling with biospecific materials. ArchiMer. Institutional Archive of Ifremer.

Harder.T. 2004. Analytical chemistry of natural product with Marine Biology, Larval Biology, Environmental Microbiology and Molecular Biology.

Kerr. A, C.M.Beveridge, M.J.Cowling, T.Hodgkiess, A.C.S. Parr and M.J. Smith. 1999. Some physical factors affecting the accumulation of biofouling. Journal of the Marine Biological Association of the UK (1999), 79:2:357-359.

Maxey IV, C.E. 2006. Occurrence and Distribution of Irganol 1051 and its Natural Metabolites in Biotic and Abiotic Marine Samples, having been approved in respect to style and intellectual content, is referred to you for judgment. Florida International University.

Michael.T. and M.Smith. 1995. Lectin probe molecular film in biofouling:characterization of early film on non-living and living surface. Mar.Ecol.Prog.Ser. Vol.119:229-236.

Mitchell.R. and J.S. Maki. 1988. Microbial surface film and their influence on larval settlement and metamorphosis in the marine environment: Initial Event. In Marine Biodeterioration. A.A. Balkema. Rotterdam.

Mittelman, M.W. 1999. Bacterial Biofilm and Biofouling: Translational Research in Marine Biotechnology. Proceeding Workshop: Opportunities Applications of Marine Biotechnology.October 5 – 6, 1999.

Munn.C.B. 2004. Marine Microbiology, Ecology and Aplication. Garland Science/BIOS Scientific Publishers.

Newby, Bi-min Zhang, T. Cutright, C.A. Barrios and Q.Xu. 2006. Zosteric acid an effective antifoulant for reducing fresh water bacterial attachment on coating. JCT Research.

Railkin, A.I. 2004. Marine Biofouling; Colonization Processes and Defence. CRC Press. Florida.

Rini.C.S. 2009. Profil Protein bakteri biofilm pada substrat beton, kayu dan baja yang dipaparkan di perairan sekitar jembatan Suramadu sisi Surabaya. ITS Library.

Sasongko.S. 2008. Pengaruh warna cat anti corrosión (AC) terhadap penempelan Vortex pada bagian badan kapal. Undergraduate Theses Teknik Perkapalan Ekstensi. Institut Teknologi Surabaya.

Soedharma, D. dan A. Fauzan. 1996. Imposex pada Neogastropoda (Thais sp) sebagai akibat kontaminasi Tributyltin (Senyawa Sn) dari cat pelapis Kapal di sekitar Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

Stanczak, M. 2004. Biofouling: It’s Not Just Barnacles Anymore. All Rights Reserved, CSA. http://www. Csa.com/discoveryguide.

Sudaryanto.A, M.Muchtar, H..Razak dan S. Tanabe. 2001. Pencemaran Senyawa Butyltin di sedimen dari perairan Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol.3. No.5: 64-69.


Full Text: ##PDF##

ISSN: 1410-94255