Optimasi Carbopol 940 dan Gliserin dalam Formula Gel Lendir Bekicot (Achatina fulica Ferr) sebagai Antibakteri Staphylococcus aureus dengan Metode Simplex Lattice Design

Authors

  • Arsiaty Sumule Universitas Setia Budi Surakarta
  • Ilham Kuncahyo Universitas Setia Budi Surakarta
  • Fransiska Leviana Universitas Setia Budi Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.30595/pharmacy.v17i1.5640

Keywords:

carbopol, gel, gliserin, lendir bekicot (Achatina fulica Ferr), simplex lattice design

Abstract

Lendir bekicot (Achatina fulica Ferr) mengandung protein achasin, suatu senyawa dengan aktivitas antibakteri yang mendukung proses penyembuhan luka. Selain itu, peptida mytimacin-AF pada lender bekicot diketahui menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 25923. Lendir bekicot kurang praktis jika digunakan secara langsung sehingga perlu dikembangkan menjadi bentuk sediaan gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi optimum campuran carbopol 940 dengan gliserin dalam formula gel dan mengevaluasi aktivitas antibakteri formula optimum terhadap S. aureus ATCC 25923. Gel lendir bekicot dibuat tiga formula dengan komposisi carbopol 940 dan gliserin masing-masing sebesar 1; 1,5; dan 2%, serta 15; 14,5; dan 14%. Semua formula diuji sifat fisiknya selama empat minggu, meliputi organoleptis, homogenitas, viskositas, daya sebar, daya lekat, dan pergeseran viskositas. Hasil uji dioptimasi dengan metode simplex lattice design menggunakan program Design Expert 8.0.6.1. Formula optimum yang diperoleh dievaluasi sifat fisiknya selama empat minggu, sedangkan aktivitas antibakterinya diuji dengan menggunakan metode difusi sumuran. Hasil penelitian menunjukkan formula optimum gel lendir bekicot dengan proporsi campuran carbopol 940 dan gliserin masing-masing 1,123 dan 14,877%. Formula optimum memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dengan diameter zona hambat sebesar 1,73 cm.

References

Ashland Inc. 2010. AshlandTM Carbomers Essential Rheology Modifiers for Personal Care Formulating. Covington: Ashland Inc.

Barel, A.M., Paye, Maibach, H.I. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi ke-3. New York: Informa Healthcare USA Inc.

Berniyanti, T., Suwarno. 2007. Karakteristik protein lendir bekicot (achasin) isolat lokal sebagai faktor antibakteri. Media Kedokteran Hewan, 23(3):139-144.

Bonang, G., Koeswardono, E.S. 1987. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta: PT. Gramedia.

Fissy, S.O.N. 2013. Uji efektivitas sediaan gel antijerawat ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var rubrum) terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Skripsi. Universitas Tanjungpura.

Fuuta, S. 2016. Formulasi lotion dan penentuan nilai sun proctection factor (SPF) ekstrak kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis). KTI. Kendari: Akademi Farmasi Bina Husada Kendari.

Hidayati, N. 2014. Pengaruh variasi kadar carbopol terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik gel ekstrak etanolik kulit pisang ambon (Musa paradisiaca L.). Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada.

Isnani, O.R.L. 2013. Optimasi proporsi campuran sorbitan 60 dan polisorbat 60 dalam pembuatan krim lendir bekicot (Achatina fulica Ferr.) sebagai antibakteri secara simplex lattice design. Skripsi. Universitas Setia Budi.

Kurniawan, D., Sulaiman, T.N.S. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pushpanathan, M., Gunasekaran, P., Rajendhran, J. 2013. Antimicrobial peptides: versatile biological properties. International Journal of Peptides, 13:Article ID 675391.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. New York: Pharmaceutical Press.

Silalahi, K.N., Fahrurroji, A. Kusharyanti, I. 2015. Vitamin E sebagai antipenuaan kulit serta uji stabilitas losio. Naskah Publikasi. Program Study Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura.

Sudjono, T.A., Mimin, H., Pratimasari, Y.R. 2012. Pengaruh konsentrasi gelling agent carbomer 934 dan HPMC pada formulasi gel lendir bekicot (Achatina fulica) terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar pada punggung kelinci. Pharmacon, 13(1):6-11.

Sulaiman, T.N.S., Kuswahyuning, R. 2008. Teknologi dan Formulasi Sediaan Semipadat. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sukmawati, N.M.A., Arisanti CI.S., Wijayanti, N.P.A.D. 2003. Pengaruh variasi konsentrasi PVA, HPMC, dan gliserin terhadap sifat físika masker wajah gel peel off ekstrak etanol 96% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana, 2(3):35-41.

Syahirah, F., Naila, M., Anggraini, T.A. 2008. Formulasi salep lendir bekicot (Achatina fulica) terhadap penyembuhan luka bakar pada kelinci jantan new zealand. Laporan PKM. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Syamsuni, H. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi ke-5. Penerjemah Soendani, N.S. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Yuliani, S.H. 2010. Optimasi kombinasi campuran sorbitol, gliserol, dan propilenglikol dalam gel sunscreen ekstrak etanol Curcuma mangga. Majalah Farmasi Indonesia, 21(2):83-89.

Zhong, J., Wang, W., Yang, X., Yan, X., Liu, R. 2012. A novel cysteine-rich antimicrobial peptide from the mucus of the snail of Achatina fulica. Elsevier Peptides, 39:1-5.

Downloads

Published

2020-07-31

How to Cite

Sumule, A., Kuncahyo, I., & Leviana, F. (2020). Optimasi Carbopol 940 dan Gliserin dalam Formula Gel Lendir Bekicot (Achatina fulica Ferr) sebagai Antibakteri Staphylococcus aureus dengan Metode Simplex Lattice Design. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 17(1), 108–117. https://doi.org/10.30595/pharmacy.v17i1.5640

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.