Revitalisasi Berbasis Translokal: Menghidupkan Kembali Puta Dino, Tenun Tidore yang Telah Punah

Ade Solihat, Dwi Woro Retno Mastuti, Ari Anggari Harapan

Abstract


Puta dino adalah istilah untuk kain atau wastra di Tidore. Masyarakat Tidore pada masa kini masih mempertahankan berbagai tradisi dengan menggunakan kain adat. Namun, dalam ritual adat, masyarakat Tidore yang diwajibkan mengenakan pakaian adat tidaklah menggunakan kain adat khas Tidore, melainkan kain beragam motif dari wilayah Indonesia di luar Tidore. Tidak ditemukannya kain adat khas Tidore dalam berbagai pelaksanaan ritual adat tersebut, mendorong komunitas Ngofa Tidore (pemuda Tidore) untuk menghidupkan kembali kebudayaan menenun di Tidore. Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) Universitas Indonesia, menyambut ajakan Ngofa Tidore untuk bermitra dalam upaya menghidupkan kembali puta dino di masyarakat Tidore. Metode yang digunakan adalah penerapan Ipteks bagi Masyarakat, dengan Model Revitalisasi Berbasis Translokal. Model revitalisasi ini mengarahkan kepada proses memunculkan kembali puta dino yang bukan saja melibatkan kondisi dan potensi masyarakat di Tidore, namun juga melibatkan potensi masyarakat di Jepara dan Jakarta. Para penenun dikirim ke Jepara untuk mempelajari teknik menenun. Adapun Jakarta adalah tempat munculnya inspirasi untuk melahirkan kembali puta dino dan tempat bagi proses sosialisasi serta promosi puta dino, sebagai salah satu wastra nusantara. Hasil dari pendampingan ini adalah menguatnya motivasi para penenun, dan terbangunnya kesadaran dari banyak pihak untuk turut mendukung revitalisasi puta dino sebagai produk unggulan Tidore. Revitalisasi puta dino juga telah memperkokoh identitas sekaligus menunjukkan kontribusi Tidore dalam mewarnai mozaik wastra nusantara.


Keywords


Puta Dino; Identitas; Revitalisasi Berbasis Translokal; Wastra

References


Albers, Anni. (2017). On Weaving: New Expanded Edition. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Azra, Azyumardi. (2008), di dalam Hidayat, K. & Widjanarko, P. Eds. Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa. Jakarta: Penerbit Mizan.

Greiner, C. & Sakdapolrak, P. (2013), Translocality: Concepts, Applications and Emerging Research Perspectives. Geography Compass, 7: 373-384. doi:https://doi.org/10.1111/gec3.12048, diakses pada 16 November 2019.

Gratha, B. & Achjadi, J. (2016). Tradisi Tenun Ikat Nusantara. Bab Publishing Indonesia.

Lestari, S & Riyanti, M.T. (2017) “Kajian Motif Tenun Songket Melayu Siak Tradisional Khas Riau.” Dimensi DKV, Vol.2-No.1 April 2017.

Ningsih, Y. S. (2019). “Revitalisation of Sumba Woven in to Fashion Product for Urban People as a Target Market.” Serat Rupa Journal of Design, Januari 2019, Vol.3, No.1: 61-76. di akses dari https://journal.maranatha.edu/index.php/srjd/article/view, diakses pada 15 November 2019.

Subagyo, Puji Yosep. (2008). Tekstil Tradisional: Pengenalan Bahan dan Tehnik. Studio Primastoria.

Triyanto. (2012). “Revitalisasi Industri Tenun Lurik Tradisional Melalui Pemanfaatan Sistem Hak Kekayaan Intelektual untuk Meningkatkan Taraf Hidup Warga Pedesaan (Studi Kasus di Desa Tawang Kec. Weru, Kab. Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah)”, Prosiding Seminar Nasional Lurik Jawa, diselenggarakan oleh Institut Javanologi LPPM UNS Surakarta, 05 Desember 2012.

Panggung Tenun Lima “Indonesia”. CNN Indonesia. (16 Agustus 2019). Diunduh dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190816164145-277-422038/panggung-tenun-lima-indonesia 17 November 2019.


Full Text: PDF

DOI: 10.30595/jppm.v6i1.5908

Copyright (c) 2022 Ade Solihat, Dwi Woro Retno Mastuti, Ari Anggari Harapan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

ISSN: 2549-8347