Konstruksi Ketahanan Budaya Generasi Centennial melalui Eksplorasi Nilai Filosofis Gandrung Banyuwangi

Authors

  • Salsabila Mercy Maharani Universitas Negeri Surabaya
  • Luthfia Hayu Widyana Universitas Negeri Surabaya
  • Lailatul Chusnunisa' Universitas Negeri Surabaya
  • Della Triya junita Sari Universitas Negeri Surabaya
  • Ana Nur Ifadah Universitas Negeri Surabaya
  • Rafi Akbar Firnanda Universitas Negeri Surabaya
  • Ali Imron Universitas Negeri Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.30595/jssh.v8i2.24026

Keywords:

Tari Gandrung, Suku Using, Nilai Filosofis, Generasi Centennial

Abstract

Banyuwangi menjadi kabupaten terbesar di Jawa Timur yang mayoritas penduduknya bersuku Osing. Multikulturalisme di Banyuwangi melahirkan berbagai ekspresi budaya unik, termasuk tari Gandrung, seni pertunjukan yang menjadi maskot pariwisata sejak sebelum tahun 2003. Tari Gandrung awalnya dibawakan oleh laki-laki sebagai bentuk spionase dan penyampaian pesan perjuangan, tetapi sekarang digantikan menjadi penari perempuan dan menjadi pelopor lahirnya berbagai jenis tarian. Di era globalisasi, perkembangan teknologi dan informasi menjadi tantangan baru bagi ketahanan budaya tari Gandrung, terutama di kalangan generasi centennial yang aktif di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi nilai filosofis tari Gandrung dan strategi mempertahankan tari Gandrung sebagai warisan budaya bagi generasi centennial di Desa Kemiren melalui metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung dan wawancara dengan narasumber, termasuk penari generasi muda, maestro tari Gandrung, dan pemerintah daerah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik triangulasi, yang melibatkan pemeriksaan informasi dari berbagai sumber dan metode pengumpulan data yang berbeda untuk memastikan validitas data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna filosofis tari Gandrung mencakup sejarah sakral dan mistik, simbolik gerakan yang mengandung pesan sosial budaya, serta properti tari yang memiliki makna estetika dan kultural. Meskipun menghadapi tantangan modernisasi, upaya pemerintah daerah dan melestarikan peran generasi centennial dalam tari Gandrung melalui pendidikan dan apresiasi budaya telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesenian ini.

References

Ahmadi, D. (2008). Interaksi Simbolik. Jurnal Mediator, 9(2), 301–316.

Fauzi, I.R., Pramatasari, G., Khotimah, K.H., Zakiyah, N.F., Yusmar, F., Mahardika, I.K., & Fadilah, R.E. (2023). Pengaruh Kesenian Tari Gandrung Sebagai Sarana Perkembangan Bakat Perserta Didik SMP di Kabupaten Banyuwangi. FKIP E-PROCEEDING, 12–17.

Finahari, N., Rubiono, G., & Qiram, I. (2019). Analisis Potensi Tari Gandrung Banyuwangi Sebagai Tarian Wisata Olahraga (Sport Tourism). Seminar Nasional IPTEK Olahraga, 6–10. https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/semnassenalog/article/download/544/337

Kurniawati, Putri. (2017). TRADISI MERAS GANDRUNG BANYUWANGI (KAJIAN FOLKLOR). Universitas Nusantara PGRI Kediri, 01, 1–7.

Mahfud, Mutiara Cahya Ayuning Tyas, & I Kadek Yudiana. (2024). Meras Gandrung Tradition as a Cultural Strategy for the Regeneration of Gandrung Dancers in Banyuwangi. Santhet (Jurnal Sejarah Pendidikan Dan Humaniora), 8(1), 423–433. https://doi.org/10.36526/santhet.v8i1.3678

Marisa, M. (2021). Inovasi Kurikulum “Merdeka Belajar” di Era Society 5.0. Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidiikan dan Humaniora), 5(1), 72. https://doi.org/10.36526/js.v3i2.e-ISSN

Rahadi & Yutanti, W. (2020). Resepsi Anggota Ikatan Keluarga Banyuwangi Malang Pada Tari Gandrung Sebagai Identitas Masyarakat Banyuwangi. Satwika, 4(2), 165–174. https://ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC/article/view/28007

Riswari, A.A. (n.d.). STRUKTURALISME DALAM GANDRUNG BANYUWANGI : PAKAIAN PENDAHULUAN Kajian strukturalisme merupakan bentuk perkembangan dari formalisme dan strukturalisme dinamik (Manshur, 2019). Strukturalisme lahir sekitar era 60-an, yang dikenal sebagai anti-tesis dar. 26(1), 46–59.

Rizqayanti, D., Puspita Dewi, R.A.K., & Dewi, N.P. (2023). Sinergi Seni Pertunjukan dan Teknologi: Inovasi Digital serta Peran Ritual dalam Pertunjukan Tari Gandrung. Jambura Journal of Community Empowerment, 4(2), 271–282. https://doi.org/10.37411/jjce.v4i2.2766

Suharti, M. (2012). Gandrung Dance as Banyuwangi’s Favorite Tourism Object. HARMONIA- Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, 12(1).

Warsaditha Aprila Arista, M.D.A. & S.A. M.B. (2023). Tata Rias Tari Gandrung di Era Modern. Jurnal Bisoparis : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, 14, 2.

Whima Sisterikoyasa, Asha, D. (2016). STRATEGI REVITALISASI BUDAYA OSING MELALUI FESTIVAL GANDRUNG SEWU BANYUWANGI MENGHADAPI GENERASI Z. Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis, 1, 1–9.

Yutanti, W. (2022). Makna Simbol dan Identitas Travesti dalam Tari Gandrung Marsan Banyuwangi. Jurnal Partisipatoris, 4(1), 131–145.

Downloads

Published

2024-10-04

How to Cite

Maharani, S. M., Widyana, L. H., Chusnunisa’, L., Sari, D. T. junita, Ifadah, A. N., Firnanda, R. A., & Imron, A. (2024). Konstruksi Ketahanan Budaya Generasi Centennial melalui Eksplorasi Nilai Filosofis Gandrung Banyuwangi. JSSH (Jurnal Sains Sosial Dan Humaniora), 8(2), 135–145. https://doi.org/10.30595/jssh.v8i2.24026