Evaluasi Penerapan Dokumentasi Patient Medication Record (PMR) Di Apotek Wilayah Kabupaten Banyumas

Authors

  • Anjar Mahardian Kusuma
  • Rihan Basyiruddin Ahmad
  • Githa Fungie Galistiani

Abstract

ABSTRAK Pengobatan sendiri atau swamedikasi menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatannya yang bersifat sederhana dan umum di derita, dengan alasan lebih murah dan praktis. Pelayanan swamedikasi ini tentu akan menjadi baik apabila apoteker hadir di apotek serta melakukan catatan pengobatan pasien (PMR / Patient. Metode penelitian menggunakan pasien simulasi dan interview bersifat sukarela dengan jenis penelitian deskriptif observasional dan rancangan penelitian cross sectional. Hasil Penelitian terhadap 58 apoteker di apotek Wilayah Kabupaten Banyumas yang bersedia untuk di interview ada 36, dan 2 apotek masuk kategori ekslusi. Berdasarkan perpektif pasien simulasi apoteker yang membuat PMR ada 7, sedangkan berdasarkan perspektif apoteker yang selalu membuat PMR ada 10. Faktor pendukung dalam penerapan PMR berdasarkan hasil interview dengan apoteker adalah dari sumber daya keuangan dan sarana dan prasarana dengan pendapat bahwa dalam pengadaan lembar PMR tidak membutuhkan dana besar dan tidak membutuhkan ruangan khusus untuk menyimpan lembar PMR. Faktor penghambat dalam penerapan PMR adalah sumber daya manusia dan pasien. Hal ini dikarenakan sebagian besar apotek di Banyumas hanya memiliki 1 apoteker sehingga apoteker memiliki kendala dalam waktu. Sedangkan dari pasien dikarenakan pasien yang berkunjung ke apotek merupakan keluarga atau wali sehingga menyulitkan apoteker untuk menggali informasi, dan masalah waktu pasien yang datang dengan terburu-buru. Kata kunci: catatan pengobatan pasien, patient medication record, apotek, swamedikasi. ABSTRACT Self-medication becomes the choice of people to solve the common and simple health suffered because of the low expensive and easy use. This kind of medication will be even better if the pharmacist is present at pharmacy and records the patient medications. The subject of this research was the simulation patients, and the inteview was done voluntarily. The type of this research was observational descriptive with cross-sectional design. Result show for this research involved 58 pharmacist in Banyumas Regency were 36 voluntary pharmacists to be interview, and 2 pharmacies were exlusions. Based on the patients’ perspective, there were 7 pharmacists doing the documentation of PMR. Meanwhile, based on the pharmacist’ perspevtive, there were 10 pharmacists doing the documentation of PMR. The supporting factors in the implementation of documentation of PMR referring to the interview with pharmacists were the financial resources and facilities. It was said that the provision of PMR sheets did not take a large amount of expense and did not need a special room to keep the PMR documents. The obstacle faced in implementation of documentation of PMR came from the human resources and the patients. It was caused by the fact that most of pharmacies in Banyumas only had one pharmacist so that mostly it was difficult to manage the time. The other problem coming from the patient was that mostly it was not the patient who bought the medicine, but the relative or other family members, and most patients came in a hurry so that the pharmacy found it difficult to get the information further. Key words: PMR, patient medication record, pharmacy, self-medication.

References

Amalia, F., 2012. Evaluasi kelengkapan administrasi pelayanan kefarmasian berdasarkan PP No.51 tahun 2009 di apotek Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. American Pharmaceutical Association, 2007. A practical guide to pharmaceutical care. 3rd Ed. Washington DC: American Pharmaceutical Association. Andre, Y., Machmud, R., Murni, A.W., 2013. Hubungan pola makan dengan kejadian depresi pada penderita dispepsia fungsional Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2):73-75. Anonim. 2014. Daftar apotek di Wilayah Banyumas. Ikatan Apoteker Indonesia Banyumas. BPOM RI. 2008. Informatorium obat nasional Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. BPOM RI. 2004. Pengobatan sendiri. Volume 5. Edisi November. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C. 2003. Pharmaceutical care practice the clinician’s guide. New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division. Dahlan, M.S. 2010. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Ed. 3. Jakarta: Salemba Medika. Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tanggal 15 September 2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. 2006. Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (SK Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. 2008. Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek (SK Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hastuti, S.P. 2013. Penerapan CPFB di Apotek Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Mashuda, A. (ed.). 2011. Pedoman cara pelayanan kefarmasian yang baik (CPFB)/good pharmacy practice (GPP). Jakarta: Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indenesia. Permenkes No 35 tahun 2014. Standar pelayanan kefarmasian di apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Rahayu, W.I. 2010. Pengaruh sarana apotek dan pembagian tugas apoteker pengelola apotek (APA) dan pemilik sarana apotek (PSA) terhadap pelayanan kefarmasian di Apotek Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Truster, I. 2012. An approach to dyspepsia for the pharmacist. SA pharmaceutical Journal, 79(8):9-16.

Downloads

Published

2015-07-01

How to Cite

Kusuma, A. M., Ahmad, R. B., & Galistiani, G. F. (2015). Evaluasi Penerapan Dokumentasi Patient Medication Record (PMR) Di Apotek Wilayah Kabupaten Banyumas. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 12(1). Retrieved from http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PHARMACY/article/view/818

Most read articles by the same author(s)

> >>